Blok perubahan yang dimotori Rizal Ramli menilai, pemilu legislatif kali ini merupakan pemilu terburuk sepanjang reformasi. KPU juga dinilai kurang profesional dan kurang independen dalam bekerja.
ADVERTISEMENT |
"Pada KPU Pemilu 1999 ada mantan mendagri dengan anggota Adnan Buyung
Nasution yang mengerti hukum. Pemilu 2004, KPU diisi oleh dosen-dosen yang tahu politik dan hukum. Meski ada cacat uang, Pemilu 2004 berhasil," kata Rizal Ramli.
Hal itu disampaikan Rizal dalam konferensi pers di Rumah Perubahan, Jalan Panglima Polim V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu,(11/4/2009).
Rizal mengaku, masih menunggu hasil secara keseluruhan pemilu. Karena sampai saat ini, hasil pemilu hanya berdasarkan quick count.
Menurutnya, pihaknya lebih konsentrasi terhadap pemilu yang jujur dan adil dengan mengoreksi ke belakang. "Baru setelah itu memikirkan langkah politis ke depan. Baik pilpres ataupun koalisi," ujarnya.
Rizal menegaskan, pihaknya sedang menyelidiki keterkaitan pembagian bantuan langsung tunai (BLT) di suatu tempat dengan kemenangan suatu parpol. Selain itu dia juga menyelidiki korelasi antara kekalahan suatu parpol di suatu TPS dengan pengurangan suara lewat DPT. "Kami terus melakukan koreksi ini," jelasnya.
Dalam menyelidiki kecurangan pemilu, Rizal membuat tim advokasi bernama Komite Advokasi Suara Rakyat (KASR). Beberapa partai peserta Pemilu 2009 ikut serta dalam tim ini seperti Partai Nasional Benteng Kerakyatan (PNBK), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Bintang Reformasi (PBR) dan Partai Kedaulatan.
"Pemilu kali ini banyak kejanggalan-kejanggalan. Saya mendorong usaha Rizal dan lainnya untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat," ujar Ketua Umum PNBK, Eros Djarot pada kesempatan yang sama.