Sikap PKS yang mengancam menarik dari koalisi jika SBY kembali akan berduet dengan JK dipicu oleh trauma. Partai dakwah ini takut jika nantinya hanya akan dijadikan pelengkap penderita lagi dalam koalisi.
"Peran yang dimainkan Golkar dalam koalisi dominan sekali, sehingga anggota koalisi yang lain kurang berperan. PKS tidak ingin dijadikan pelengkap penderita lagi," ujar pengamat politik LIPI Lili Romli saat berbincang dengan detikcom, Selasa (14/4/2009).
Alasan kedua mengapa PKS menolak duet SBY-JK terulang, kata Lili, dikarenakan karena hitung-hitungan pembagian kekuasaan.
"Duet SBY-Hidayat yang digadang-gadang pasti gagal, belum lagi jatah kursi menteri pasti untuk PKS pasti kecil," ujarnya.
Lili menambahkan, sikap PKS yang masih kuat ideologi politiknya juga menjadi alasan mengapa PKS menolak Jusuf Kalla dengan partai beringinnya.
"Golkar terkenal lihai dalam berpolitik, seperti waktu 2004 PDIP pernah ditinggalkan Golkar. Kalau PKS sepertinya punya prinsip, mendingan oposisi ketimbang menjadi pelengkap penderita," pungkasnya.
"Peran yang dimainkan Golkar dalam koalisi dominan sekali, sehingga anggota koalisi yang lain kurang berperan. PKS tidak ingin dijadikan pelengkap penderita lagi," ujar pengamat politik LIPI Lili Romli saat berbincang dengan detikcom, Selasa (14/4/2009).
Alasan kedua mengapa PKS menolak duet SBY-JK terulang, kata Lili, dikarenakan karena hitung-hitungan pembagian kekuasaan.
"Duet SBY-Hidayat yang digadang-gadang pasti gagal, belum lagi jatah kursi menteri pasti untuk PKS pasti kecil," ujarnya.
Lili menambahkan, sikap PKS yang masih kuat ideologi politiknya juga menjadi alasan mengapa PKS menolak Jusuf Kalla dengan partai beringinnya.
"Golkar terkenal lihai dalam berpolitik, seperti waktu 2004 PDIP pernah ditinggalkan Golkar. Kalau PKS sepertinya punya prinsip, mendingan oposisi ketimbang menjadi pelengkap penderita," pungkasnya.