Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Teguh Yuwono, Selasa mengatakan, kunci koalisi partai-partai dalam menghadapi Pemilu Presiden (Pilpres) ada di tangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati.
"Pertarungan politik untuk memperebutkan jabatan presiden akan terjadi antara dua tokoh, yaitu SBY dan Mega," katanya.
Menurut Teguh, partai-partai lain akan merapat pada salah satu di antara kedua partai itu, dan mengikuti pertarungan kedua tokoh yang berasal dari Partai Demokrat dan PDI Perjuangan (PDIP) tersebut.
Menurut dia, figur SBY dan Mega akan tampil sebagai calon presiden (capres), sebab partai masing-masing memperoleh suara yang cukup besar pada Pemilu Legislatif.
"Tapi, suara yang diraih oleh masing-masing partai tersebut tidak akan sampai 25 persen," katanya.
Ia mengatakan Partai Golkar hanya punya peluang kecil untuk memenangi Pilpres.
Teguh memperkirakan Partai Golkar tidak akan memaksakan diri untuk memperebutkan jabatan presiden karena perolehan suara mereka lebih kecil dibanding Pemilu 2004.
"Partai Golkar mungkin akan memilih untuk berkoalisi dengan salah satu dari kedua partai tersebut untuk memperebutkan posisi wakil presiden (wapres)," katanya.
Teguh mengatakan, skenario pertama, SBY akan kembali berpasangan dengan Jusuf Kalla, bertarung dengan pasangan Mega-Prabowo Subianto.
"Kalau kecenderungan ini yang terjadi, maka pertarungan terjadi hanya antara kedua pasangan tersebut, karena tidak ada pasangan kuat lain yang sanggup menandingi. Kemungkinan lain, namun masih dalam skenario tersebut, Partai Golkar akan tetap berkoalisi dengan PDIP, namun mengajukan tokoh-tokoh lain sebagai cawapres, selain Kalla," katanya.
Ia menambahkan, jika kecenderungan tersebut terjadi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan calon kuatnya yaitu Hidayat Nur Wahid (HNW), akan mengalami posisi yang sangat sulit dan tidak akan mendapat tempat dalam pertarungan.
Skenario kedua, lanjut Teguh, akan terdapat tiga pasangan, yaitu SBY berpasangan dengan HNW, kemudian Mega dengan Kalla, dan Prabowo akan muncul sebagai capres meramaikan pertarungan Pilpres.
Prabowo dengan Partai Gerindranya kemungkinan akan memperoleh dukungan dari Partai Hanura, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan partai-partai lain untuk mencapai syarat 25 persen, kata Teguh. "Pasangan cawapresnya bisa siapa saja, sebab Prabowo juga merupakan tokoh kuat dalam bursa capres," katanya.
Namun, menurut Teguh, dirinya justru melihat kecenderungan bahwa skenario pertama yang akan muncul, meskipun tidak menutup kemungkinan skenario kedua yang terjadi.
Ia menambahkan, dirinya melihat bahwa SBY dan Mega tidak mungkin berkoalisi, sebab implikasi koalisi salah satunya harus rela menduduki jabatan wapres. "Padahal, Mega juga pernah menjadi presiden, sehingga tidak mungkin mau mencalonkan menjadi wapres," kata Teguh.