Keinginan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla untuk kembali berduet dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat tentangan dari kalangan internal Golkar.
Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), salah satu organisasi kemasyarakatan pendiri Golkar secara tegas menolak keinginan Kalla tersebut.
Ketua Dewan Pembina SOKSI Suhardiman mengatakan, seharusnya Kalla tidak terlalu memaksakan diri untuk berduet kembali dengan SBY. Sebab, Kalla telah gagal memimpin Golkar sehingga perolehan suara pada Pemilu 2009 ini merosot tajam.
Suhardiman berpendapat, kunjungan Kalla ke rumah pribadi SBY di Puri Cikeas, Jawa Barat, pada Senin 13 April merupakan sebuah upaya untuk kembali merapat ke SBY agar diterima sebagai calon wakil presiden pada Pemilu Presiden 2009.
"Ya seharusnya Jusuf Kalla tahu diri, karena dia gagal dalam memimpin Golkar. Tak perlu memaksakan diri, sebab dalam berbagai survei popularitasnya masih kalah dengan Sultan," katanya kepada wartawan, Selasa (14/4/2009).
Suhardiman mengatakan, seorang pemimpin sebaiknya memiliki rasa tangung jawab yang tinggi. Karena itu, setiap kegagalan harus dipertanggungjawabkan.
"Kebetulan saya seorang militer, ketika komandan batalyon kalah dalam suatu pertempuran, bukan anak buahnya yang salah, tapi komandannya yang salah," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengatakan bahwa belum tentu pada pemilu presiden nanti yang akan terpilih adalah SBY. Hal ini, lanjut Suhardiman, terlihat dari kemenangan Partai Demokrat yang saat ini juga masih menyimpan banyak persoalan.
"Saya belum yakin endingnya beliau (SBY) yang menang," ungkapnya.
Pihaknya juga menilai sikap Kalla tidak konsisten. Sebab, sebelum pemilu legislatif Kalla telah menyatakan siap sebagai calon presiden dari Partai Golkar. Namun, setelah melihat hasil pemilu justru berbalik arah untuk kembali berpasangan dengan SBY.
"Dulu dia sudah mencapreskan diri, terus 28 DPD itu mencalonkan dia. Itu kan dia seolah-olah menantang kepemimpinan SBY," sindirnya.